Kamis, 23 Oktober 2008

MENGULAS BAHAYA EROSI

Pertumbuhan populasi manusia dan peningkatan kebutuhan lahan untuk memenuhi berbagai aktivitas pembangunan telah dan akan banyak mengurangi luas hutan di masa yang akan datang. Pengurangan luas hutan sampai saat ini masih berarti sebagai suatu kerusakan hutan akibat eksploitasi terhadap sumberdaya alam tersebut yang kurang memperhatikan azas kelestarian, disamping akibat kebakaran hutan dan juga sebab-sebab lain di dalam pengelolaan hutan. Hingga awal PELITA VI, luas lahan yang tidak produktif di Indonesia telah mencapai lebih kurang 33,9 juta ha, dan sebagian besar dapat dikategorikan sebagai lahan kritis. Kerusakan hutan akibat berbagai sebab seringkali menyisakan lahan-lahan yang tidak produktif seperti padang alang-alang, semak belukar dan lahan-lahan terbuka tanpa penutupan vegetasi. Lahan-lahan yang tidak produktif ini kemungkinan besar dapat berubah menjadi lahan kritis, yang terutama diakibatkan oleh kejadian erosi tanah (SUDARMADJI, 1995). Sebagai antisipasi meluasnya lahan kritis, maka perlu dilakukan upaya - upaya penanggulangan melalui upaya rehabilitasi lahan.

Salah satu pendekatan di dalam upaya rehabilitasi lahan adalah penerapan metoda vegetatif yang dapat dilaksanakan dengan penggunaan mulsa. Mulsa adalah sisa-sisa tanaman atau materi lainnya yang diperoleh dari alam atau buatan sebagai penutup tanah dengan tujuan tertentu. Penggunaan mulsa untuk rehabilitasi lahan sangat penting untuk diteliti (KARTASAPOETRA, 1987), mengingat ketersediaannya yang relatif melimpah, biaya yang tidak terlalu mahal serta teknologinya yang relatif sederhana; sehingga memberikan peluang besar keterlaksanaannya secara praktis di lapangan oleh siapapun yang berminat. Pertimbangan keuntungan yang akan diperoleh adalah disamping diharapkan dapat mengendalikan dan mencegah erosi sekaligus juga dapat memperbaiki lahan-lahan yang telah mengalami kerusakan.



Mari kita bahas lebih jauh mengenai EROSI

Anda tentu sudah tahu pengertian erosi? Apa saja jenis-jenis erosi oleh air, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi erosi, dan bagaimana agar tanah menjadi awet? uraian berikut ini akan membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selamat belajar. Sukses untuk Anda!

Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia erosi yang terpenting adalah disebabkan oleh air.
Jenis-jenis Erosi oleh Air
1.
Pelarutan




Pembagian Klas Erosi Menurut Land System



1. Sistem lahan tererosi (eroded land system)

2. Sistem lahan yang mengandung bahaya erosi amat sangat tinggi (extremely severe erosion hazard)

3. Sistem lahan yang mengandung bahaya erosi amat tinggi (very severeerosion hazard)

4. Sistem lahan yang mengandung bahaya erosi sangat tinggi (severe erosion hazard)

5. Sistem lahan yang mengandung bahaya erosi sedang (moderately severe erosion hazard)

6. Sistem lahan yang mengandung bahaya erosi ringan (slight erosion hazard)



Macam – macam Gerakan Tanah



Gerakan tanah adalah perpindahan masa tanah atau batuan yang bergerak dari atas ke bawah disepanjang lereng atau keluar dari lereng. Jenis gerakan tanah dapat dikelompokkan kedalam 5 jenis yaitu :

1. Jatuhan massa tanah dan atau batuan adalah perpindahan masa tanah dan atau batuan ke ketinggian yang lebih rendah tanpa melalui bidang gelincir karena pengaruh gaya tarik bumi.

2. Longsoran masa tanah atau batuan adalah perpindahan masa tanah dan atau batuan melalui bidang gelincir yang pergerakannya dipengaruhi gaya tarik bumi

3. Aliran tanah adalah perpindahan campuran masa tanah dengan air yang bergerak mengalir sesuai dengan arah kemiringan lereng

4. Amblesan adalah penurunan permukaan tanah secara tegak karena adanya pengosongan rongga di dalam tanah akibat dari pemadatan normal tanah dan atau batuan, pengambilan airtanah secara berlebihan. Larian air karena struktur geologi, kebocoran atau retak bagian dasar, penggalian tanah atau batuan, dan bahan galian logam.

5. Tanah mengembang adalah perubahan atau pergerakan masa tanah sebagai akibat sifat-sifat tanah atau batuan itu sendiri yang mengembang apabila jenuh air dan mengkerut apabila kering.



Erosi dapat berlangsung begitu dahsyat, erosi bisa mengakibatkan dataran longsor. Karena erosi pula, tempat tinggal nelayan yang ada di tepi pantai bisa terancam keberadaannya.

Erosi bisa terjadi karena banyak sebab. Bisa karena air, kekuatan gelombang laut, angin, bahkan es. Nah sekarang, coba deh kamu amati kerikil yang ada di sungai atau pantai. Kira-kira, gimana ya kerikil itu terbentuk? Ternyata, kerikil itu merupakan akibat dari erosi juga. Tepatnya, ia berasal dari batu. Nah, akibat tergerus oleh gerakan air secara terus-menerus dalam waktu yang lama, batu yang semula berukuran besar dan keras, akhirnya remuk juga. Dari remukan batu itu, jadilah kerikil.


Entry Filed under: Berita, Lingkungan. .

Jumat, 03 Oktober 2008

Pengukuran Erosi Tanah

Pengukuran Erosi Tanah

Sungai Cisukawayana dan sungai Citepus berair jernih di bagian hulu tetapi berair keruh di bagian muara. Sungai Cisukawayana berhulu di Desa Sirnarasa sementara Sungai Citepus berhulu di desa Cileungsing. Kedua desa yang bertetangga ini adalah desa-desa penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, TNGHS (Gunung Halimun-Salak National Park Management Project, 2005). Penduduk di kedua desa ini sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Di Desa Sirnarasa 89,44% penduduknya bekerja di sektor pertanian (Balai Taman Nasional Gunung Halimun, 2000).
Bagi warga kasepuhan kegiatan bertani di kaki atau di lembah kawasan TNGHS sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau disebut petani subsisten. Sementara bagi warga bukan kasepuhan kegiatan bertani berorientasi ekonomi. Tekanan petugas kehutanan terhadap mereka, khususnya warga kasepuhan, mengakibatkan berkurangnya lahan garapan mereka. Oleh karenanya, tanpa ada alternatif ekonomi yang jelas, larangan berladang menimbulkan penderitaan sosial ekonomi yang cukup berat. Dengan kata lain, pelarangan berladang menimbulkan desintegrasi sosial dan menimbulkan kemiskinan baru (Adimihardja, 1992).
Alternatif ekonomi yang paling mungkin untuk mereka (petani) di lahan dataran tinggi adalah penerapan sistem agroforestry, mengingat kondisi fisik lahan dan curah hujan yang tinggi di wilayah penyangga TNGHS menyebabkan tanah di wilayah tersebut sangat rawan erosi sehingga harus dipertahankan bervegetasi hutan. Dari aspek sosial dan budaya sistem agroforestry bisa diterima masyarakat (Balai Taman Nasional Gunung Halimun, 2000; Widada, 2004).

Peran Hutan
Adanya tanaman yang menutupi permukaan tanah dengan rapat selain memperlambat limpasan permukaan juga mencegah terjadinya pengumpulan air secara cepat dan mengurangi daya rusak air tersebut. Jika kecepatan aliran berkurang maka infiltrasi bertambah sehingga hutan mampu menurunkan limpasan permukaan dan erosi tanah. Secara lebih terperinci Arifjaya (2003) dalam tulisannya membandingkan tebal tampungan air tanah antara DAS hutan, DAS pertanian dan DAS campuran (agroforestri).
Hutan sangat berperan dalam mengendalikan limpasan permukaan dan mencegah banjir yang diakibatkan oleh intensitas curah hujan tinggi pada awal musim hujan. Dewasa ini tidak ada penggunaan lahan yang mengimbangi hutan dalam hal kemampuan meresapkan air hujan serta mencegah erosi dan longsor.
Vegetasi hutan yang menyebabkan laju erosi tanah paling kecil dibandingkan vegetasi penutup lahan lainnya. Thu, Ha dan Hai (1997) membandingkan laju erosi tanah pada bermacam2 penutup.

Pengukuran Erosi Tanah
Pengukuran erosi tanah dilakukan untuk mengetahui jumlah tanah yang terlepas akibat hempasan air hujan, terangkut air limpasan permukaan sampai terangkut banjir. Pangukuran dilakukan di lahan yang menerapkan agroforestri dan di lahan yang tidak menerapkan agroforestri, masing-masing pada plot permanen pengukuran erosi tanah. Kemudian hasil kedua pengukuran ini dibandingkan. Lahan manakah yang paling tererosi? Praktek agroforestri apakah yang paling sedikit mengakibatkan erosi tanah?
Pengukuran erosi tanah sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang, sehingga dapat diketahui apakah ada peningkatan atau penurunan jumlah tanah yang tererosi. Karena itu purl adanya indikator untuk melihat apakah erosi semakin kecil atau semakin besar.

Penutup
Tulisan pendek ini dimaksudkan untuk mengangkat wacana perlunya dilakukan pengukuran erosi tanah di kawasan TNGHS. Konservasi tanah dan air adalah bagian tak terpisahkan dari konservasi alam. Banyak atau sedikitnya jumlah tanah yang tererosi relatif menunjukkan banyak atau sedikitnya jumlah pohon yang ditebang, dengan asumsi jika semakin banyak pohon yang ditebang maka jumlah tanah yang tererosi semakin banyak.